Showing posts with label Seratusan Warga Demo Tolak PA. Show all posts
JUAL STELAN TRAINING OLAHRAGA
KAMI MENYEDIAKAN BERMACAM MODEL STELAN TRAINING DENGAN KUALITAS TERBAIK DAN HARGA TERJANGKAU
HARGA STELAN STENING Rp. 145.000/STEL ( JAKET DAN CELANA )
HARGA BELUM TERMASUK ONGKOS SABLON ATAU BORDIR
INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI KAMI :
Kami Menyediakan Segala Jenis Atribut Partai dan Pilkada
Kaos, Kemeja, Bendera, Topi, Jaket, Jas, Semijas,
Jika Berminat Silakan Hubungi Kami
Hp : 085890098540
085277723838
087785283838
PIN : 2C1FC79E / 2ACC9526
Udin.ads@gmail.com
Www.maha-karya.com
Www.putriani.com
Mahasiswa Tolak Kunjungan Dewan ke LN
BANDA ACEH - Puluhan mahasiswa dari berbagai kampus di Banda Aceh berdemo ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Selasa (28/4). Mereka yang mengatasnamakan gerakan mahasiswa peduli rakyat (Gempur) Aceh,
menolak kunjungan kerja (kunker) 69 anggota DPRA ke luar negeri (LN) yang dijadwalkan Mei 2009. Mereka menilai kunjungan itu hanya untuk menghamburkan uang rakyat Rp 3,4 miliar sebelum masa kerja DPRA periode 2004 - 2009 itu berakhir, September mendatang. Para mahasiswa dengan menggunakan sepeda motor dari kampus di Darussalam, Banda Aceh, tiba di gedung DPRA sekitar pukul 11.00 WIB.
Pengunjuk rasa hanya bisa berorasi di depan pagar gedung itu. Pasalnya, pintu pagar gedung itu dikunci karena di dalam ruang utama DPRA sedang rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu 2009 yang dipimpin KIP Aceh. “Rencana kunker anggota DPRA ke LN yang menghabiskan uang Rp 3,4 miliar, dengan rincian Rp 50 juta per orang adalah sebuah program konyol. Anggota DPRA, yang katanya perwakilan rakyat hanya mementingkan kepentingan pribadi dengan melancong ke luar negeri,” teriak koordinator aksi, Safruddin.
Pendemo secara bergantian berorasi. Mereka mengatakan seharusnya dana yang sudah dianggarakan Rp 3,4 miliar itu lebih bagus dimanfaatkan untuk pembangunan rumah dhuafa, korban konflik, korban tsunami, serta berbagai kepentingan publik di Aceh. Meski petugas Poltabes Banda Aceh, membuat pagar betis pengaman di pintu pagar bagian dalam halaman DPRA, pengunjuk rasa beberapa kali mendobrak pintu pagar itu dari luar. Pasalnya, hingga setengah jam berorasi tak ada seorang pun anggota DPRA yang menjumpai mereka. Bahkan mereka berulang kali mengucapkan kata-kata kotor kepada wakil rakyat Aceh itu, terutama kepada Ketua DPRA, Sayed Fuad Zakaria.
Selanjutya, para pendemo diterima seorang perempuan staf sekretariat DPRA. Saat itu sempat terjadi ketegangan antara pendemo dengan perempuan tersebut. Perempuan yang tak mau menyebut namanya itu mengatakan semua unsur pimpinan DPRA sedang tidak di kantor. Hal itu sesuai laporan sekretaris DPRA kepada dia. Menurut staf sekretaris DPRA itu, tuntutan para mahasiswa telah disampaikan ke sekretaris DPRA untuk diberitahukan kepada dewan. Ia meminta mahasiswa bersikap tenang karena hingga kini anggota DPRA belum mengurus visa, apalagi meminta izin Gubernur Aceh dan Mendagri, sebagai syarat dari kunjungan ke LN itu
Penjelasan itu tak diterima pendemo.”Bukan baru kali ini kami berdelegasi ke DPRA. Anggota dewan tak berani menjumpai kami. Tadi kami melihat ketua komisi A ada di gedung DPRA, kami hanya ingin mendengarkan statmen politik dari anggota DPRA tentang alasan mereka ke LN,” kata Fauzan. Karena penjelasannya tak didengar, wanita itu meninggalkan pendemo yang tetap berada di luar pagar DPRA. Sedangkan pendemo mengancam akan kembali melakukan aksi serupa untuk menjumpai anggota DPRA. Sebelum kembali ke kampus masing-masing, pendemo berorasi di Simpang Lima Banda Aceh. Aksi di kedua tempat itu berlangsung hingga satu jam.(sal)
http://www.serambinews.com/news/
Daftarkan diri Anda
menolak kunjungan kerja (kunker) 69 anggota DPRA ke luar negeri (LN) yang dijadwalkan Mei 2009. Mereka menilai kunjungan itu hanya untuk menghamburkan uang rakyat Rp 3,4 miliar sebelum masa kerja DPRA periode 2004 - 2009 itu berakhir, September mendatang. Para mahasiswa dengan menggunakan sepeda motor dari kampus di Darussalam, Banda Aceh, tiba di gedung DPRA sekitar pukul 11.00 WIB.
Pengunjuk rasa hanya bisa berorasi di depan pagar gedung itu. Pasalnya, pintu pagar gedung itu dikunci karena di dalam ruang utama DPRA sedang rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu 2009 yang dipimpin KIP Aceh. “Rencana kunker anggota DPRA ke LN yang menghabiskan uang Rp 3,4 miliar, dengan rincian Rp 50 juta per orang adalah sebuah program konyol. Anggota DPRA, yang katanya perwakilan rakyat hanya mementingkan kepentingan pribadi dengan melancong ke luar negeri,” teriak koordinator aksi, Safruddin.
Pendemo secara bergantian berorasi. Mereka mengatakan seharusnya dana yang sudah dianggarakan Rp 3,4 miliar itu lebih bagus dimanfaatkan untuk pembangunan rumah dhuafa, korban konflik, korban tsunami, serta berbagai kepentingan publik di Aceh. Meski petugas Poltabes Banda Aceh, membuat pagar betis pengaman di pintu pagar bagian dalam halaman DPRA, pengunjuk rasa beberapa kali mendobrak pintu pagar itu dari luar. Pasalnya, hingga setengah jam berorasi tak ada seorang pun anggota DPRA yang menjumpai mereka. Bahkan mereka berulang kali mengucapkan kata-kata kotor kepada wakil rakyat Aceh itu, terutama kepada Ketua DPRA, Sayed Fuad Zakaria.
Selanjutya, para pendemo diterima seorang perempuan staf sekretariat DPRA. Saat itu sempat terjadi ketegangan antara pendemo dengan perempuan tersebut. Perempuan yang tak mau menyebut namanya itu mengatakan semua unsur pimpinan DPRA sedang tidak di kantor. Hal itu sesuai laporan sekretaris DPRA kepada dia. Menurut staf sekretaris DPRA itu, tuntutan para mahasiswa telah disampaikan ke sekretaris DPRA untuk diberitahukan kepada dewan. Ia meminta mahasiswa bersikap tenang karena hingga kini anggota DPRA belum mengurus visa, apalagi meminta izin Gubernur Aceh dan Mendagri, sebagai syarat dari kunjungan ke LN itu
Penjelasan itu tak diterima pendemo.”Bukan baru kali ini kami berdelegasi ke DPRA. Anggota dewan tak berani menjumpai kami. Tadi kami melihat ketua komisi A ada di gedung DPRA, kami hanya ingin mendengarkan statmen politik dari anggota DPRA tentang alasan mereka ke LN,” kata Fauzan. Karena penjelasannya tak didengar, wanita itu meninggalkan pendemo yang tetap berada di luar pagar DPRA. Sedangkan pendemo mengancam akan kembali melakukan aksi serupa untuk menjumpai anggota DPRA. Sebelum kembali ke kampus masing-masing, pendemo berorasi di Simpang Lima Banda Aceh. Aksi di kedua tempat itu berlangsung hingga satu jam.(sal)
http://www.serambinews.com/news/
Daftarkan diri Anda
Selebaran Intimidasi Beredar di Tanah Gayo
Takengon | Harian Aceh--Seratusan warga yang mengaku mewakili masyarakat Aceh Tengah dan Bener Meriah berdemonstrasi di Lapangan Musara Alun Takengon, Jumat (27/3). Mereka menolak kehadiran Partai Aceh (PA) di daerah itu.
Demo tersebut dipicu kekhawatiran mereka setelah beredarnya selebaran berisi pemaksaan kepada warga untuk memilih Partai Aceh. Selebaran dengan latar belakang bendera Partai Aceh itu berbunyi, pemberitahuan kepada seluruh masyarakat Aceh Tengah khususnya suku Gayo dan Jawa wajib memilih Partai Aceh (PA).
Dalam selebaran yang ditempel di berbagai sudut kota dan kampung itu disebutkan bahwa Partai Aceh merupakan hasil perjuangan pahlawan-pahlawan Aceh. Bagi yang tidak memilih PA sama dengan melanggar syariat. Orang yang melanggar syariat Islam sama dengan kafir. Orang yang kafir akan kami lenyapkan di muka bumi ini.
Di bagian akhir selebaran itu dituliskan, apabila PA nantinya kalah, masyarakat Aceh Tengah (Takengon) khususnya suku Gayo dan Jawa yang memilih partai lain, akan kami lenyapkan dari muka bumi ini.
Pada demo yang dijaga ketat polisi, kemarin, pengunjuk rasa membacakan beberapa pernyataan sikap mereka. Cemerlang, perwakilan pendemo dari Bener Meriah, menyatakan pihaknya menolak intimidasi yang mengarah ke SARA atau perpecahan etnis yang dilahirkan oleh Partai Aceh.
Disebutkannya, intimidasi melalui selebaran tersebut telah memunculkan ketegangan sosial dan politik antara kelompok masyarakat yang pro NKRI dengan anasir separatisme yang berpotensi memicu konflik horizontal.
Pendemo juga menyatakan pihaknya menolak lahir dan besarnya Partai Aceh di Bumi Leuser Antara. Mereka juga mengajak seluruh warga yang berdomisili di Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk tidak memilih dan memberi satu suara pun kepada Partai Aceh.
“Bagi warga negara Indonesia khususnya suku Gayo dan Jawa yang memberikan suara untuk Partai Aceh dianggap pengkhianat. Peringatan ini lahir atas intimidasi dan teror dari Partai Aceh,” tandas Cemerlang dalam pernyataan sikap yang dibacakannya.
Politik Rendahan
Sementara Ketua Partai Aceh Kabupaten Aceh Tengah, Ibnu Sakdan alias Sapu Arang membantah kalau selebaran yang berisi ancaman tersebut dikeluarkan oleh Partai Aceh. ”Partai Aceh tidak pernah mengeluarkan selebaran semacam itu. Itu dilakukan orang yang kadar politiknya sangat rendah. Cobalah berpolitik secara sehat,” ujarnya.
Menurut Ibnu Sakdan, selebaran tersebut sudah ditempel di banyak tempat di Aceh Tengah sejak 15 hari lalu dan pihaknya telah melaporkan hal itu ke Panwasluh Aceh Tengah. ”Apa maksud dan tujuan selebaran itu, PA tidak pernah membuatnya. Hal ini malah akan menambah simpati warga pada Partai Aceh. Karena, masyarakat Aceh tidak bodoh,” sebutnya.
Ibnu Sakdan menyatakan selebaran itu dibuat oleh pihak yang ingin mengeruhkan suasana damai di Aceh. Bahkan, kata dia, dalam beberapa hari ini sekitar 1.500 bendera dan baliho milik Partai Aceh dicabuti orang tak dikenal.
Pidana Pemilu
Koordinator Posko Pemantauan HAM Pemilu 2009 di Aceh, Zulfikar Muhammad menyebutkan, Panwaslu harus menyelidiki kasus tersebut. Karena pola blackcampaign seperti itu merupakan pelanggaran pidana pemilu, sesuai dengan peraturan KPU No.19 tahun 2009.(zun/irs)
Berita Ini Berasal dari Web Site harian-aceh UsahaWeb.com
Demo tersebut dipicu kekhawatiran mereka setelah beredarnya selebaran berisi pemaksaan kepada warga untuk memilih Partai Aceh. Selebaran dengan latar belakang bendera Partai Aceh itu berbunyi, pemberitahuan kepada seluruh masyarakat Aceh Tengah khususnya suku Gayo dan Jawa wajib memilih Partai Aceh (PA).
Dalam selebaran yang ditempel di berbagai sudut kota dan kampung itu disebutkan bahwa Partai Aceh merupakan hasil perjuangan pahlawan-pahlawan Aceh. Bagi yang tidak memilih PA sama dengan melanggar syariat. Orang yang melanggar syariat Islam sama dengan kafir. Orang yang kafir akan kami lenyapkan di muka bumi ini.
Di bagian akhir selebaran itu dituliskan, apabila PA nantinya kalah, masyarakat Aceh Tengah (Takengon) khususnya suku Gayo dan Jawa yang memilih partai lain, akan kami lenyapkan dari muka bumi ini.
Pada demo yang dijaga ketat polisi, kemarin, pengunjuk rasa membacakan beberapa pernyataan sikap mereka. Cemerlang, perwakilan pendemo dari Bener Meriah, menyatakan pihaknya menolak intimidasi yang mengarah ke SARA atau perpecahan etnis yang dilahirkan oleh Partai Aceh.
Disebutkannya, intimidasi melalui selebaran tersebut telah memunculkan ketegangan sosial dan politik antara kelompok masyarakat yang pro NKRI dengan anasir separatisme yang berpotensi memicu konflik horizontal.
Pendemo juga menyatakan pihaknya menolak lahir dan besarnya Partai Aceh di Bumi Leuser Antara. Mereka juga mengajak seluruh warga yang berdomisili di Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk tidak memilih dan memberi satu suara pun kepada Partai Aceh.
“Bagi warga negara Indonesia khususnya suku Gayo dan Jawa yang memberikan suara untuk Partai Aceh dianggap pengkhianat. Peringatan ini lahir atas intimidasi dan teror dari Partai Aceh,” tandas Cemerlang dalam pernyataan sikap yang dibacakannya.
Politik Rendahan
Sementara Ketua Partai Aceh Kabupaten Aceh Tengah, Ibnu Sakdan alias Sapu Arang membantah kalau selebaran yang berisi ancaman tersebut dikeluarkan oleh Partai Aceh. ”Partai Aceh tidak pernah mengeluarkan selebaran semacam itu. Itu dilakukan orang yang kadar politiknya sangat rendah. Cobalah berpolitik secara sehat,” ujarnya.
Menurut Ibnu Sakdan, selebaran tersebut sudah ditempel di banyak tempat di Aceh Tengah sejak 15 hari lalu dan pihaknya telah melaporkan hal itu ke Panwasluh Aceh Tengah. ”Apa maksud dan tujuan selebaran itu, PA tidak pernah membuatnya. Hal ini malah akan menambah simpati warga pada Partai Aceh. Karena, masyarakat Aceh tidak bodoh,” sebutnya.
Ibnu Sakdan menyatakan selebaran itu dibuat oleh pihak yang ingin mengeruhkan suasana damai di Aceh. Bahkan, kata dia, dalam beberapa hari ini sekitar 1.500 bendera dan baliho milik Partai Aceh dicabuti orang tak dikenal.
Pidana Pemilu
Koordinator Posko Pemantauan HAM Pemilu 2009 di Aceh, Zulfikar Muhammad menyebutkan, Panwaslu harus menyelidiki kasus tersebut. Karena pola blackcampaign seperti itu merupakan pelanggaran pidana pemilu, sesuai dengan peraturan KPU No.19 tahun 2009.(zun/irs)
Berita Ini Berasal dari Web Site harian-aceh UsahaWeb.com