Showing posts with label demo. Show all posts
Kerbau SiBuYa Go International
VIVAnews - Kerbau SiBuYa sukses mendapat sorotan sejumlah media massa terkemuka internasional. Gara-gara penampilannya yang menghebohkan masyarakat ibukota dan mengundang komentar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sensasi SiBuYa akhirnya berhasil mendapat porsi pemberitaan di laman beberapa media masing.
Menurut pantauan VIVAnews, media-media asing yang memberitakan kerbau itu tergolong pemain elit. Mereka diantaranya laman milik stasiun televisi BBC dari Inggris.
Selain itu, sejumlah laman milik koran-koran terkemuka juga ikut memberitakan SiBuYa. Mereka diantaranya The Washington Post (AS), The Telegraph (Inggris), dan The Australian (Australia), hingga laman berita Arab, Gulf News.
Sejumlah kantor berita ternama seperti Associated Press, Reuters, dan AFP pun ikut memberitakan aksi protes yang unik itu.
Mereka rata-rata memberitakan larangan polisi Indonesia agar para pendemo tidak lagi mengerahkan kerbau dan hewan-hewan lain saat melakukan aksi unjuk rasa kepada pemerintah.
"Jalan protokol tidak boleh dilintasi hewan karena mereka bisa berkeliaran. Itu bisa mengganggu lalu lintas," kata seorang pejabat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafly Amar kepada BBC.
Beberapa hari lalu, para demonstran mengerahkan seekor kerbau, yang diberi nama SiBuYa sebagai simbol kekecewaan kepada pemerintahan Yudhoyono. Menurut para demonstran, pemerintah dinilai lambat dan bodoh seperti kerbau dalam menjalankan tugas, terutama dalam pemberantasan korupsi.
Aksi protes mengerahkan kerbau itu tidak saja membuat lalu lintas di pusat Jakarta menjadi macet, namun turut membuat tersinggung Yudhoyono. Cara berunjuk rasa dengan membawa binatang, apalagi ditempel gambar presiden memang tidak etis.
Sejumlah kalangan dan pembaca vivanews memprotes cara berunjuk rasa seperti ini. Ndang Supriatna, dalam komentarnya kepada VIVANews menuturkan: Kebebasan berekspresi sih boleh-boleh saja, tapi ya yang baik lah, enggak usah demo pake kerbau yg ditulisin Si Bu Ya plus gambar Pak SBY segala. Itu kan penghinaaan yg luar biasa kepada Simbol Negara
sumber : VIVANEWS
Klik Duit Untuk Anda
Menurut pantauan VIVAnews, media-media asing yang memberitakan kerbau itu tergolong pemain elit. Mereka diantaranya laman milik stasiun televisi BBC dari Inggris.
Selain itu, sejumlah laman milik koran-koran terkemuka juga ikut memberitakan SiBuYa. Mereka diantaranya The Washington Post (AS), The Telegraph (Inggris), dan The Australian (Australia), hingga laman berita Arab, Gulf News.
Sejumlah kantor berita ternama seperti Associated Press, Reuters, dan AFP pun ikut memberitakan aksi protes yang unik itu.
Mereka rata-rata memberitakan larangan polisi Indonesia agar para pendemo tidak lagi mengerahkan kerbau dan hewan-hewan lain saat melakukan aksi unjuk rasa kepada pemerintah.
"Jalan protokol tidak boleh dilintasi hewan karena mereka bisa berkeliaran. Itu bisa mengganggu lalu lintas," kata seorang pejabat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafly Amar kepada BBC.
Beberapa hari lalu, para demonstran mengerahkan seekor kerbau, yang diberi nama SiBuYa sebagai simbol kekecewaan kepada pemerintahan Yudhoyono. Menurut para demonstran, pemerintah dinilai lambat dan bodoh seperti kerbau dalam menjalankan tugas, terutama dalam pemberantasan korupsi.
Aksi protes mengerahkan kerbau itu tidak saja membuat lalu lintas di pusat Jakarta menjadi macet, namun turut membuat tersinggung Yudhoyono. Cara berunjuk rasa dengan membawa binatang, apalagi ditempel gambar presiden memang tidak etis.
Sejumlah kalangan dan pembaca vivanews memprotes cara berunjuk rasa seperti ini. Ndang Supriatna, dalam komentarnya kepada VIVANews menuturkan: Kebebasan berekspresi sih boleh-boleh saja, tapi ya yang baik lah, enggak usah demo pake kerbau yg ditulisin Si Bu Ya plus gambar Pak SBY segala. Itu kan penghinaaan yg luar biasa kepada Simbol Negara
sumber : VIVANEWS
Klik Duit Untuk Anda
Demonstran di DPR Berusaha Robohkan Pagar
Metrotvnews.com, Jakarta: Ratusan mahasiswa anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berusaha merobohkan pagar pintu masuk gerbang DPR di Senayan, Jakarta, Kamis (28/1). Mereka mencoba menarik kawat berduri yang menutupi pintu gerbang dengan spanduk. Usaha mahasiswa ini belum membuahkan hasil.
Maklum, pagar kawat berduri dibuat berlapis-lapis. Aparat, baik Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR maupun polisi yang berjaga-jaga di sekitar pintu gerbang, segera mencegah usaha mahasiswa tersebut. Mahasiswa sempat memanjat pintu pagar untuk memasang bendera dan mencorat-coret pagar dengan cat semprot.
Reporter Metro TV Gloria Anatasia melaporkan, mahasiswa menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono mundur dari jabatannya. Mereka menilai Yudhoyono-Boedono gagal mensejahterakan warga. Sektor-sektor ekonomui, hukum dan sosial-budaya semakin mundur.
Mahasiswa juga mengritik Presiden yang tampak ketakutan. Dalam berbagai pidato dalam beberapa hari terakhir Presiden selalu menyebut kekhawatiran dimakzulkan. Menurut mahasiswa, seharusnya Presiden tidak perlu mengatakan hal itu. Sampai saat ini mahasiswa masih berorasi. Ada kemungkinan mereka merapat ke Istana Merdeka, Jakarta Pusat, bergabung dengan massa lainnya.(DOR)
Klik Duit Untuk Anda
Maklum, pagar kawat berduri dibuat berlapis-lapis. Aparat, baik Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR maupun polisi yang berjaga-jaga di sekitar pintu gerbang, segera mencegah usaha mahasiswa tersebut. Mahasiswa sempat memanjat pintu pagar untuk memasang bendera dan mencorat-coret pagar dengan cat semprot.
Reporter Metro TV Gloria Anatasia melaporkan, mahasiswa menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono mundur dari jabatannya. Mereka menilai Yudhoyono-Boedono gagal mensejahterakan warga. Sektor-sektor ekonomui, hukum dan sosial-budaya semakin mundur.
Mahasiswa juga mengritik Presiden yang tampak ketakutan. Dalam berbagai pidato dalam beberapa hari terakhir Presiden selalu menyebut kekhawatiran dimakzulkan. Menurut mahasiswa, seharusnya Presiden tidak perlu mengatakan hal itu. Sampai saat ini mahasiswa masih berorasi. Ada kemungkinan mereka merapat ke Istana Merdeka, Jakarta Pusat, bergabung dengan massa lainnya.(DOR)
Klik Duit Untuk Anda
Mahasiswa Tolak Kunjungan Dewan ke LN
BANDA ACEH - Puluhan mahasiswa dari berbagai kampus di Banda Aceh berdemo ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Selasa (28/4). Mereka yang mengatasnamakan gerakan mahasiswa peduli rakyat (Gempur) Aceh,
menolak kunjungan kerja (kunker) 69 anggota DPRA ke luar negeri (LN) yang dijadwalkan Mei 2009. Mereka menilai kunjungan itu hanya untuk menghamburkan uang rakyat Rp 3,4 miliar sebelum masa kerja DPRA periode 2004 - 2009 itu berakhir, September mendatang. Para mahasiswa dengan menggunakan sepeda motor dari kampus di Darussalam, Banda Aceh, tiba di gedung DPRA sekitar pukul 11.00 WIB.
Pengunjuk rasa hanya bisa berorasi di depan pagar gedung itu. Pasalnya, pintu pagar gedung itu dikunci karena di dalam ruang utama DPRA sedang rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu 2009 yang dipimpin KIP Aceh. “Rencana kunker anggota DPRA ke LN yang menghabiskan uang Rp 3,4 miliar, dengan rincian Rp 50 juta per orang adalah sebuah program konyol. Anggota DPRA, yang katanya perwakilan rakyat hanya mementingkan kepentingan pribadi dengan melancong ke luar negeri,” teriak koordinator aksi, Safruddin.
Pendemo secara bergantian berorasi. Mereka mengatakan seharusnya dana yang sudah dianggarakan Rp 3,4 miliar itu lebih bagus dimanfaatkan untuk pembangunan rumah dhuafa, korban konflik, korban tsunami, serta berbagai kepentingan publik di Aceh. Meski petugas Poltabes Banda Aceh, membuat pagar betis pengaman di pintu pagar bagian dalam halaman DPRA, pengunjuk rasa beberapa kali mendobrak pintu pagar itu dari luar. Pasalnya, hingga setengah jam berorasi tak ada seorang pun anggota DPRA yang menjumpai mereka. Bahkan mereka berulang kali mengucapkan kata-kata kotor kepada wakil rakyat Aceh itu, terutama kepada Ketua DPRA, Sayed Fuad Zakaria.
Selanjutya, para pendemo diterima seorang perempuan staf sekretariat DPRA. Saat itu sempat terjadi ketegangan antara pendemo dengan perempuan tersebut. Perempuan yang tak mau menyebut namanya itu mengatakan semua unsur pimpinan DPRA sedang tidak di kantor. Hal itu sesuai laporan sekretaris DPRA kepada dia. Menurut staf sekretaris DPRA itu, tuntutan para mahasiswa telah disampaikan ke sekretaris DPRA untuk diberitahukan kepada dewan. Ia meminta mahasiswa bersikap tenang karena hingga kini anggota DPRA belum mengurus visa, apalagi meminta izin Gubernur Aceh dan Mendagri, sebagai syarat dari kunjungan ke LN itu
Penjelasan itu tak diterima pendemo.”Bukan baru kali ini kami berdelegasi ke DPRA. Anggota dewan tak berani menjumpai kami. Tadi kami melihat ketua komisi A ada di gedung DPRA, kami hanya ingin mendengarkan statmen politik dari anggota DPRA tentang alasan mereka ke LN,” kata Fauzan. Karena penjelasannya tak didengar, wanita itu meninggalkan pendemo yang tetap berada di luar pagar DPRA. Sedangkan pendemo mengancam akan kembali melakukan aksi serupa untuk menjumpai anggota DPRA. Sebelum kembali ke kampus masing-masing, pendemo berorasi di Simpang Lima Banda Aceh. Aksi di kedua tempat itu berlangsung hingga satu jam.(sal)
http://www.serambinews.com/news/
Daftarkan diri Anda
menolak kunjungan kerja (kunker) 69 anggota DPRA ke luar negeri (LN) yang dijadwalkan Mei 2009. Mereka menilai kunjungan itu hanya untuk menghamburkan uang rakyat Rp 3,4 miliar sebelum masa kerja DPRA periode 2004 - 2009 itu berakhir, September mendatang. Para mahasiswa dengan menggunakan sepeda motor dari kampus di Darussalam, Banda Aceh, tiba di gedung DPRA sekitar pukul 11.00 WIB.
Pengunjuk rasa hanya bisa berorasi di depan pagar gedung itu. Pasalnya, pintu pagar gedung itu dikunci karena di dalam ruang utama DPRA sedang rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu 2009 yang dipimpin KIP Aceh. “Rencana kunker anggota DPRA ke LN yang menghabiskan uang Rp 3,4 miliar, dengan rincian Rp 50 juta per orang adalah sebuah program konyol. Anggota DPRA, yang katanya perwakilan rakyat hanya mementingkan kepentingan pribadi dengan melancong ke luar negeri,” teriak koordinator aksi, Safruddin.
Pendemo secara bergantian berorasi. Mereka mengatakan seharusnya dana yang sudah dianggarakan Rp 3,4 miliar itu lebih bagus dimanfaatkan untuk pembangunan rumah dhuafa, korban konflik, korban tsunami, serta berbagai kepentingan publik di Aceh. Meski petugas Poltabes Banda Aceh, membuat pagar betis pengaman di pintu pagar bagian dalam halaman DPRA, pengunjuk rasa beberapa kali mendobrak pintu pagar itu dari luar. Pasalnya, hingga setengah jam berorasi tak ada seorang pun anggota DPRA yang menjumpai mereka. Bahkan mereka berulang kali mengucapkan kata-kata kotor kepada wakil rakyat Aceh itu, terutama kepada Ketua DPRA, Sayed Fuad Zakaria.
Selanjutya, para pendemo diterima seorang perempuan staf sekretariat DPRA. Saat itu sempat terjadi ketegangan antara pendemo dengan perempuan tersebut. Perempuan yang tak mau menyebut namanya itu mengatakan semua unsur pimpinan DPRA sedang tidak di kantor. Hal itu sesuai laporan sekretaris DPRA kepada dia. Menurut staf sekretaris DPRA itu, tuntutan para mahasiswa telah disampaikan ke sekretaris DPRA untuk diberitahukan kepada dewan. Ia meminta mahasiswa bersikap tenang karena hingga kini anggota DPRA belum mengurus visa, apalagi meminta izin Gubernur Aceh dan Mendagri, sebagai syarat dari kunjungan ke LN itu
Penjelasan itu tak diterima pendemo.”Bukan baru kali ini kami berdelegasi ke DPRA. Anggota dewan tak berani menjumpai kami. Tadi kami melihat ketua komisi A ada di gedung DPRA, kami hanya ingin mendengarkan statmen politik dari anggota DPRA tentang alasan mereka ke LN,” kata Fauzan. Karena penjelasannya tak didengar, wanita itu meninggalkan pendemo yang tetap berada di luar pagar DPRA. Sedangkan pendemo mengancam akan kembali melakukan aksi serupa untuk menjumpai anggota DPRA. Sebelum kembali ke kampus masing-masing, pendemo berorasi di Simpang Lima Banda Aceh. Aksi di kedua tempat itu berlangsung hingga satu jam.(sal)
http://www.serambinews.com/news/
Daftarkan diri Anda